Mengenal dunia Cosplay (costume play) menjadi topik menarik dibahas. Cosplay merupakan salah satu budaya pop yang tengah digandrungi kalangan remaja Indonesia. Tak hanya di kota-kota besar, salah satu sub kultur Jepang ini juga tengah menjadi tren di kalangan remaja Tuban.
Tren yang khas dengan kostum nyentrik ala karakter anime, komik, hingga game ini bukanlah hal baru. Sejak awal 2014, para Cosplayer (sebutan pelaku Cosplay) Tuban sudah aktif menekuni salah satu kebudayaan negeri sakura tersebut. Namun mereka lebih sering tampil di kota – kota Metropolis, seperti Surabaya dan Malang.
Mengenal Dunia Cosplay yang Dalami Karakter Anime dan Game
Pada akhir 2014, banyak cosplayer yang mulai berkiprah di kota sendiri. Dengan mendirikan komunitas dan menggelar berbagai event dan lomba. Hendra Putra, ketua komunitas Kaneko, salah satu pecinta kultur Jepang di Tuban mengatakan, di Indonesia, cosplay mulai dikenal di Indonesia pada era 2000-an.
Namun baru booming setelah sepuluh tahun berjalan. Sekitar 2010, peminat cosplay terus meningkat. Terbukti dari banyaknya event dan kompetisi cosplay di berbagai kota. Peminatnya pun tumbuh hingga ke pelosok daerah.
Dikatakan Hendra, di sebuah event kompetisi, penampilan kostum mereka dilombakan dan tampilkan di depan umum. Tak hanya dari penampilan, pembawaan karakter tokoh juga didalami oleh para cosplayer.
Seperti halnya ketika memerankan peran antagonis, make up dan mimik wajah juga harus menyesuaikan karakter tersebut. ‘’Kalau karakter yang dimainkan sosok yang ceria maka juga harus mudah senyum waktu cosplay,’’ jelas mahasiswa Institut Ilmu Kesehatan Nahdlatul Ulama (IIKNU) Tuban ini.
Apa Cosplay Tokusatsu dan Non-tokusatsu?
Dalam beberapa event, cosplay dibagi dalam dua kategori umum. Yakni cosplay tokusatsu dan non-tokusatsu. Tokusatsu diambil dai kata bahasa Jepang yang berarti spesial efek. Sesuai namanya, cosplay tokusatsu mengambil karakter dari film genre sci-fi atau fiksi-ilmiah yang mempunyai spesial efek.
Biasanya para cosplayer memerankan karakter robot. Seperti Gundam, Ultraman, Masked Rider, Super Sentai, dan Metal Hero.
Sementara cosplay non-tokusatsu jenisnya lebih banyak. Antara lain diambil dari tokoh anime (kartun), manga (komik), dorama (serial drama), hingga game. Seperti karakter dari serial Naruto, Dragon Ball, One Piece, Death Note, Shingeki no Kyoujin, dan Blade.
Tak hanya mengambil dari film atau komik saja. Beberapa cosplayer juga memerankan pakaian khas Jepang. Seperti kimono, yukata, dan seifuku (seragam sekolah Jepang).
Dikarenakan di Tuban peminatnya masih bisa dihitung jari, ketika membuat sebuah pertunjukkan atau event cosplay, Hendra mengundang dari komunitas-komunitas kota lain untuk meramaikan. Seperti Rebeler (Revolution of Bojonegoro Cosplayer), Cocobo (Community of Cosplayer Bojonegoro), CaLa (Costume Anime Lamongan), dan SOC (Surabaya Otaku Cosplay).
Cosplay Tak Sekadar Hobi, Tapi Kenangan
Menurut Hendra, selain hobi, cosplay juga salah satu cara untuk mengenang kebahagiaan masa kecil. Sebab, beberapa karakter yang dimainkannya merupakan tokoh anime yang sempat populer di Indonesia pada tahun 90-an.
‘’Selain itu kami juga mengenalkan ke anak-anak kalau kartun era kami lebih bagus dan layak tonton, daripada sinetron zaman sekarang yang lebih banyak tidak mendidiknya,’’ tambah pria bertubuh kurus itu.